Ku tatap bayi mungil yang tergeletak tak berdaya di box bayi itu dari kejauhan. Tangannya mengais-ngais udara, mungkin ia minta di gendong. Ahh, dengarlah tangis manjanya, mungkin dia kehausan. Belum genap 9 bulan dalam rahimku, ia sudah merengek ingin melihat dunia. Inginku mendekapnya, tetapi aku tak jua mendekat.
Lihatlah, matanya, alisnya, hidungnya bahkan bibirnya seperti punyaku. Kulihat suamiku pun terpesona menatapnya. Mengelus-elus pipinya yang masih merah, lalu mencium bibirnya yang mungil. Debar-debar cemburu bergelora di dadaku. Usianya barulah dua puluh satu hari, namun telah mampu mencuri hati suamiku.
“Lekaslah besar Nak, menjelmalah menjadi perempuan yang tangguh menghadapi dunia. Perempuan yang jelita. Putri yang membanggakan kelak. Temani ayahmu hingga usianya senja.” Ucapku sambil berlalu.
***
“Anak kita cantik sayang, secantik kamu” Bisik suamiku, di pusaraku
Dedicated to: dede Nafisha Aurellia Viantina
Selamat datang ke dunia